Pemicu Keributan Antara Official Indonesia dan Thailand Dalam Partai Final Semalam

Pertandingan antara Indonesia dan Thailand pada final sepak bola putra SEA Games ke-32 di Kamboja diwarnai dengan drama back-to-back. Akan tetapi,  justru Indonesia yang akhirnya keluar sebagai pemenang dengan kemenangan 5-2. Lantas apa pemicu keributan antara official Indonesia dan Thailand dalam partai final semalam

Pemicu Keributan Antara Official Indonesia dan Thailand Dalam Partai Final Semalam

Babak pertama pertandingan menampilkan Indonesia memimpin dengan dua gol dari striker Ramadhan Santanta.

Babak kedua membawa lebih banyak ketegangan ketika pemain Thailand Anan Yodsangwal membalaskan satu gol untuk timnya dengan sebuah gol pada menit ke-65.

Mengira Mereka Sudah Menang, Tetapi Pertandingan Belum Berakhir

Segalanya berubah secara dramatis menjelang akhir pertandingan, ketika tujuh menit waktu tambahan diberikan.

Pada menit ke-98, wasit meniup peluit tanda tendangan bebas untuk Thailand. Namun, Indonesia salah mengira peluit sebagai peluit akhir.

Pelatih dan staf Indonesia terlihat berlari ke lapangan untuk merayakannya. Beberapa pemain Indonesia juga ikut bergabung.

Wasit kemudian menunjuk ke titik tendangan bebas, menandakan bahwa dia telah memberikan tendangan bebas kepada Thailand dan pertandingan akan dilanjutkan, yang membuat Indonesia frustrasi.

Gol Penyama Kedudukan Akhir Thailand Menyebabkan Perkelahian

Thailand dengan cepat melakukan tendangan bebas dalam upaya untuk menyamakan kedudukan.

Bola diumpankan ke kotak penalti dan pemain pengganti Yotsakorn Burapha mencetak gol, memperpanjang mimpi buruk Indonesia.

Sementara Yotsakorn sedang merayakan gol dengan rekan satu timnya, beberapa anggota staf dan pemain Thailand di bangku cadangan menyerbu ke sisi lawan untuk menertawakan.

Ini menyebabkan perkelahian pertama pertandingan.

Para pemain dan staf pelatih dari kedua belah pihak terlibat dalam pertarungan tersebut, dan pihak berwenang dengan cepat turun tangan untuk membubarkan kerumunan.

Babak kedua pertandingan berakhir pada menit tambahan ke-10, dan pertandingan dilanjutkan ke perpanjangan waktu.

Gol Indonesia Di Perpanjangan Waktu Memicu Keributan Lagi

Hampir satu menit memasuki perpanjangan waktu, pemain Indonesia Irfan Jauhari mencetak gol untuk mengembalikan keunggulan timnya.

Gol inilah yang memicu perkelahian kedua yang lebih serius.

Bangku Indonesia telah membalas budi dengan sombong dalam perayaan di depan lawan mereka.

Perkelahian segera terjadi antara pemain dan staf dari kedua belah pihak.

Beberapa pukulan dan tendangan dipertukarkan, dan pihak berwenang kembali turun tangan dalam upaya untuk menghentikan perkelahian tersebut.

Kiper Thailand Soponwit Rakyart terlihat memberikan pukulan kepada pemain Indonesia, sebelum ditarik oleh petugas keamanan.

Seorang anggota staf Indonesia yang memiliki darah di sudut mulutnya tampak goyah, dan membutuhkan dukungan untuk berdiri tegak.

Sebuah video di Twitter menunjukkan staf Indonesia lainnya terbaring tak sadarkan diri di tanah.

Kartu Merah Berlimpah

Wasit kemudian berbicara dengan para pelatih dari kedua belah pihak, dan berhasil mendapatkan kembali kendali pertandingan.

Ia juga mengeluarkan kartu merah, satu untuk kiper Thailand Soponwit dan satu lagi untuk Komang Teguh Trisnanda dari Indonesia.

Beberapa staf lain dari kedua belah pihak juga disuruh kembali ke ruang ganti.

Pertandingan dilanjutkan segera setelah itu, dengan kedua belah pihak turun menjadi 10 orang masing-masing.

Namun pada menit ke-101, Jonathan Khemdee menerima kartu kuning keduanya dan harus keluar lapangan lebih cepat.

Sekitar lima menit kemudian, pemain Indonesia Fajar Fathur Rachman mencetak gol dari tepi kotak penalti, membuat skor menjadi 4-2.

Pada menit ke-118, striker Thailand Teerasak dikeluarkan dari lapangan setelah menerima kartu kuning keduanya, dan Thailand hanya memiliki delapan pemain di lapangan.

Ini membuat segalanya lebih mudah bagi tim Indonesia, yang mengamankan kemenangan mereka dengan gol kelima berkat gelandang mereka, Beckham Putra.

Medali Emas Sepakbola SEA Games Pertama Dalam 32 Tahun

Dengan kemenangan ini, Indonesia dianugerahi medali emas di cabang sepak bola putra SEA Games ke-32.

Ini adalah medali emas sepak bola putra SEA Games pertama mereka dalam 32 tahun.

Kembali ke Indonesia, para penggemar di seluruh negeri bersorak gembira saat mereka bersorak dan bernyanyi keras dalam perayaan.

FA Thailand Meminta Maaf Atas Keributan Di Final SEA Games

Petinggi sepak bola Thailand pada Rabu meminta maaf dan menjanjikan “hukuman berat” bagi pelanggar setelah perkelahian merusak pertandingan final sepak bola Asian Games Tenggara melawan Indonesia di Kamboja.

Indonesia berhasil memenangkan pertandingan U-23 dengan skor 5-2 pada hari Selasa setelah perpanjangan waktu, di mana Thailand telah kehilangan delapan pemain dan Indonesia memiliki 10 pemain setelah empat kartu merah dan dua pertarungan all-in.

Asosiasi Sepak Bola Thailand menyatakan bahwa insiden yang terjadi di Stadion Olimpiade Phnom Penh telah merusak reputasi tim nasional dan menunjukkan keterlibatan staf pelatih mereka yang mendapat kritik khusus.

Keributan pertama terjadi di saat wasit meniup peluit untuk menandakan akhir pertandinga, sehingga para pemain serta pelatih Indonesia langsung melakukan selebrasi kemenangan mereka.

Padahal, peluit tersebut sebenarnya untuk tendangan bebas bagi Thailan. Pada saaat itulah kesempatan ini dimanfaatkan Thailand untuk mencetak gol. Di mana Yotsakorn Burapha menjadi tokoh penyeimbang poin yang kemudian memicu bentrokan di kedua bangku cadangan.

Itu mengirim pertandingan ke perpanjangan waktu tetapi Indonesia segera kembali unggul, memicu serangkaian sorongan, pukulan dan tendangan antara pelatih dan pemain dari kedua belah pihak yang keamanan stadion terpaksa dibubarkan.

Indra Sjafri sebagai pelatij Indonesia tidak ingin menyimpan dendam ketika telah mampu meraih medali emas SEA Games setelah puasa dari tahun 1991.

Sepak bola memiliki banyak pengikut di Indonesia, tetapi permainan tersebut telah mengalami delapan bulan yang menyedihkan sejak bencana stadion yang menewaskan 135 orang di kota Malang Oktober lalu.

Hal ini kemudian berbuntut FIFA yang mencabut hak negara untuk menggelar Piala Dunia sepak bola U-20 tahun.

Keo Sareth, sekretaris jenderal Federasi Sepak Bola Kamboja (FFC), sama-sama mafhum terhadap adegan buruk yang terjadi di lapangan tersebut.