Para pengamat langit akan mendapat kejutan hari ini karena mereka akan melihat supermoon, salah satu bulan terbesar dan paling terang di tahun 2023. Disebut supermoon karena bulan tampak sangat besar di langit karena jaraknya paling dekat dengan Bumi pada suatu waktu.
Saat ini, jarak Bulan dari Bumi adalah 357.244 km. Perlu diketahui juga bahwa bulan purnama kali ini akan menjadi bulan purnama kedua yang terjadi di bulan Agustus, setelah bulan purnama pertama pada tanggal 1 Agustus.
Oleh karena itu, disebut sebagai Blue Moon. Jadi idealnya, yang kita alami adalah “Super Blue Moon”. Mari kita mengkaji beberapa fakta peristiwa alam yang fenomenal – Super Blue Moon.
Bagaimana Peristiwa Ini Bisa Terjadi?
Peristiwa “Super Blue Moon” terjadi ketika tiga peristiwa astronomi terjadi secara bersamaan: “Supermoon,” “Blue Moon,” dan “Total Lunar Eclipse.” Mari kita bahas satu per satu:
- Supermoon
Sebuah “Supermoon” terjadi ketika Bulan berada pada posisi terdekatnya dengan Bumi dalam orbitnya, yang disebut sebagai titik perige.
Ketika Bulan berada dalam posisi perigee ini, tampaknya lebih besar dan lebih terang di langit daripada saat berada di titik terjauhnya dari Bumi (apogee).
Hal ini terjadi karena jarak antara Bumi dan Bulan lebih dekat selama perige, sehingga Bulan tampak lebih besar.
- Blue Moon
Sebuah “Blue Moon” terjadi ketika ada dua Bulan Purnama dalam satu bulan kalender. Sebagian besar bulan kalender memiliki satu Purnama, tetapi kadang-kadang ada pengecualian.
Karena Bulan Purnama terjadi sekitar setiap 29,5 hari, jika ada dua Bulan Purnama dalam satu bulan kalender (biasanya terjadi setiap 2-3 tahun), yang kedua disebut sebagai “Blue Moon.”
- Total Lunar Eclipse
Total Lunar Eclipse terjadi ketika Bumi berada di antara Matahari dan Bulan dalam satu garis lurus, memblokir sinar Matahari yang mencapai Bulan.
Selama gerhana total ini, Bulan dapat tampak memerah atau berubah warna karena atmosfer Bumi menyerap sebagian sinar Matahari dan membiarkan hanya cahaya merah melintasi atmosfer dan mencapai Bulan.
Inilah yang memberi Bulan warna merah saat terjadi gerhana total, yang sering disebut sebagai “Blood Moon.”
Jadi, “Super Blue Moon” terjadi ketika ada kombinasi dari tiga peristiwa ini: Bulan berada dalam posisi perigee (Supermoon), ada dua Bulan Purnama dalam satu bulan kalender (Blue Moon), dan terjadi gerhana total Bulan (Blood Moon).
Peristiwa semacam ini relatif langka dan menjadi momen yang menarik bagi para pengamat langit.
Fenomena Langka Yang Terjadi 2,5 Tahun Sekali
Sebenarnya deklarasi Super Blue Moon terjadi setiap 2,5 tahun sekali itu, kurang tepat. Ini karena peristiwa Super Blue Moon adalah kombinasi dari tiga peristiwa yang masing-masing memiliki frekuensi yang berbeda. Berikut rincian frekuensinya di tiga peristiwa pembentuk Super Blue Moon:
- Supermoon
Frekuensi terjadinya Supermoon adalah sekitar setiap 14 bulan, atau sekitar setahun lebih dua bulan. Namun, kecerahan atau ukuran tampak Bulan selama Supermoon bisa bervariasi.
- Blue Moon
Frekuensi terjadinya Blue Moon adalah sekitar setiap 2-3 tahun sekali. Ini terjadi karena bulan kalender kita memiliki sekitar 29,5 hari, jadi kadang-kadang dua Bulan Purnama bisa jatuh dalam satu bulan kalender.
- Total Lunar Eclipse (Blood Moon)
Frekuensinya bisa berkisar dari beberapa bulan hingga beberapa tahun. Tidak setiap Bulan Purnama akan mengalami gerhana total, karena perlu ada kondisi khusus dengan Bumi, Matahari, dan Bulan yang berada dalam garis lurus.
Jadi, Super Blue Moon adalah kombinasi dari Supermoon dan Blue Moon, tetapi terjadinya Total Lunar Eclipse (Blood Moon) sebagai bagian dari peristiwa ini tidak terjadi setiap kali.
Kombinasi ketiga peristiwa ini terjadi lebih jarang daripada Supermoon atau Blue Moon secara terpisah.
Tidak ada aturan pasti yang menyebutkan bahwa Super Blue Moon terjadi setiap 2,5 tahun sekali. Peristiwa semacam ini terjadi pada waktu-waktu tertentu berdasarkan dinamika orbit Bulan dan Bumi.
Jarak Bumi dan Bulan Mendekat
Pada saat Super Blue Moon, jarak antara Bumi dan Bulan mendekat karena peristiwa Supermoon adalah bagian dari kombinasi ini.
Sebagai pengingat, Supermoon terjadi ketika Bulan berada pada posisi terdekatnya dengan Bumi dalam orbitnya, yang disebut perigee.
Selama perigee ini, jarak antara Bumi dan Bulan lebih pendek daripada saat Bulan berada di posisi terjauhnya dari Bumi, yang disebut apogee.
Ketika Bulan berada dalam perigee, tampaknya lebih besar dan lebih terang di langit daripada saat berada di apogee.
Jadi, Super Blue Moon adalah gabungan antara Blue Moon (dua Bulan Purnama dalam satu bulan kalender) dan Supermoon (Bulan berada dalam posisi perigee).
Selama Super Blue Moon, Bulan berada pada posisi terdekatnya dengan Bumi, sehingga jarak antara keduanya mendekat, yang membuat Bulan tampak lebih besar dan lebih terang di langit.
Tidak Berwarna Biru Seperti Namanya
Meskipun namanya adalah “Super Blue Moon,” Bulan tersebut tidak tampak berwarna biru. Nama “Blue Moon” pada peristiwa ini sebenarnya tidak berkaitan dengan warna Bulan.
Sebutan “Blue Moon” digunakan untuk merujuk pada situasi ketika ada dua Bulan Purnama dalam satu bulan kalender.
Biasanya, bulan kalender memiliki satu Purnama dalam satu bulan, tetapi kadang-kadang ada pengecualian ketika dua Purnama terjadi dalam satu bulan kalender.
Karena ini adalah peristiwa yang cukup jarang, istilah “Blue Moon” digunakan untuk menggambarkannya.
Sementara itu, istilah “Supermoon” digunakan ketika Bulan berada pada posisi terdekatnya dengan Bumi dalam orbitnya, yang disebut perigee tadi.
Hal ini yang membuat Bulan tampak lebih besar dan lebih terang daripada saat berada di posisi terjauh dari Bumi (apogee).
Ketika peristiwa Supermoon dan Blue Moon terjadi secara bersamaan, seperti dalam kasus “Super Blue Moon,” itu berarti ada kombinasi dari dua peristiwa ini.
Namun, warna Bulan yang merah atau oranye yang mungkin terlihat selama Super Blue Moon terjadi selama gerhana total Bulan, dan itu disebut sebagai “Blood Moon,” bukan “Blue Moon.”
Warna merah atau oranye pada saat itu disebabkan oleh sinar Matahari yang difraksi dan tersebar oleh atmosfer Bumi, sehingga hanya cahaya merah yang mencapai Bulan, memberikan efek warna tersebut.
Jadi, sementara istilah “Super Blue Moon” menggambarkan kombinasi dari beberapa peristiwa, warna Bulan yang terlihat selama peristiwa ini tidak ada hubungannya dengan warna biru.
Itu lebih berkaitan dengan warna Bulan selama gerhana total, yang disebut “Blood Moon.”
Harvets Moon – Peristiwa Bulan Berikutnya Di Akhir September 2023
Harvest Moon adalah nama yang diberikan kepada Bulan Purnama yang terjadi paling dekat dengan equinox musim gugur di belahan bumi utara dan ini biasanya terjadi pada bulan September atau Oktober.
Bulan Purnama ini dikenal dengan nama Harvest Moon karena tradisionalnya petani dapat memanfaatkannya untuk memanen hasil pertanian mereka dengan lebih banyak cahaya bulan di malam hari.
Setelah peristiwa Supermoon, bulan purnama berikutnya akan menjadi Harvest Moon jika memenuhi kriteria dekat dengan equinox musim gugur.
Equinox musim gugur terjadi sekitar tanggal 22 atau 23 September setiap tahun, dan Harvest Moon adalah Bulan Purnama terdekat dengan equinox ini.
Jadi, peristiwa Harvest Moon selalu terjadi setelah Supermoon jika bulan purnama tersebut memenuhi syarat-syaratnya.
Penting untuk diingat bahwa kejadian Supermoon itu sendiri adalah peristiwa Bulan Purnama biasa yang terjadi ketika Bulan berada dalam posisi perigee, lebih dekat dengan Bumi dalam orbitnya.
Harvest Moon adalah Bulan Purnama yang memiliki kaitan dengan musim gugur dan pencahayaan malam yang panjang, tetapi tidak selalu berhubungan dengan Supermoon.
Kapan Harvest Moon terjadi? Setelah Supermoon bergantung pada waktu dan lokasi geografisnya.